Tata Cara Haji yang Lengkap dan Sesuai Syariat Islam

Ilustrasi Ibadah Haji
Bagikan artikel ini

Pendahuluan: Makna dan Kewajiban Ibadah Haji

Haji merupakan salah satu rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh setiap umat Muslim yang mampu, baik secara fisik, finansial, maupun mental. Ibadah ini bukan sekadar perjalanan spiritual ke Tanah Suci, melainkan juga bentuk totalitas penghambaan kepada Allah SWT. Melalui haji, umat Islam diingatkan akan kesetaraan, ketundukan, dan pengorbanan dalam menjalankan perintah-Nya.

Setiap tahunnya, jutaan umat Muslim dari berbagai penjuru dunia menunaikan ibadah haji di Makkah Al-Mukarramah dan Madinah Al-Munawwarah. Agar pelaksanaannya sesuai dengan tuntunan syariat, penting bagi calon jamaah untuk memahami tata cara haji yang lengkap dan benar, mulai dari persiapan hingga amalan setelah selesai haji.


1. Persiapan Sebelum Berangkat Haji

Sebelum berangkat ke Tanah Suci, calon jamaah haji perlu melakukan berbagai persiapan, baik lahir maupun batin. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan:

  • Niat dan Keikhlasan: Segala sesuatu dimulai dari niat. Niatkan ibadah haji semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT, bukan untuk pamer status sosial.
  • Melunasi Biaya dan Administrasi: Pastikan seluruh administrasi haji, seperti paspor, visa, dan pelunasan biaya, telah diselesaikan dengan benar.
  • Menjaga Kesehatan: Mengingat kondisi cuaca dan padatnya kegiatan, kesehatan fisik sangat penting. Jamaah dianjurkan melakukan pemeriksaan medis sebelum keberangkatan.
  • Minta Maaf dan Lunasi Hutang: Sebelum berangkat, sebaiknya jamaah meminta maaf kepada orang tua, keluarga, serta melunasi hutang agar hati tenang selama beribadah.
  • Mengikuti Manasik Haji: Calon jamaah harus memahami tata cara ibadah melalui kegiatan manasik haji yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama atau lembaga resmi.

2. Jenis-Jenis Haji yang Dikenal dalam Syariat Islam

Ada tiga jenis pelaksanaan haji yang diperbolehkan dalam Islam, yaitu:

  1. Haji Ifrad: Jamaah hanya melaksanakan ibadah haji tanpa umrah dalam satu musim haji.
  2. Haji Qiran: Jamaah melaksanakan ibadah haji dan umrah secara bersamaan dalam satu niat.
  3. Haji Tamattu’: Jamaah melaksanakan umrah terlebih dahulu, kemudian haji setelahnya dalam musim yang sama.

Ketiga jenis haji tersebut sah menurut syariat, namun yang paling banyak dilakukan jamaah Indonesia adalah haji Tamattu’, karena memberikan waktu istirahat antara pelaksanaan umrah dan haji.


Baca Juga : Mengenal Lebih Jauh Mengenai Dompet Digital dan Beberapa Manfaatnya

3. Tata Cara dan Urutan Pelaksanaan Ibadah Haji

Berikut adalah tahapan lengkap pelaksanaan ibadah haji sesuai tuntunan syariat Islam:


a. Ihram

Ihram adalah niat untuk memulai ibadah haji atau umrah. Jamaah mengenakan pakaian ihram:

  • Laki-laki: dua helai kain tanpa jahitan (satu menutupi badan bagian bawah, satu bagian atas).
  • Perempuan: memakai pakaian yang menutup aurat tanpa cadar dan sarung tangan.

Setelah mandi sunnah, jamaah melafalkan niat sesuai jenis haji yang dipilih. Contohnya:

“Labbaikallahumma Hajjan” (Aku datang memenuhi panggilan-Mu, ya Allah, untuk berhaji).

Dalam keadaan ihram, jamaah wajib menjauhi larangan-larangan ihram seperti memakai wangi-wangian, memotong rambut, memotong kuku, berburu hewan, atau berhubungan suami-istri.


b. Menuju Arafah (Wukuf di Arafah)

Wukuf di Arafah adalah puncak ibadah haji dan menjadi rukun yang tidak boleh ditinggalkan. Waktunya dimulai dari tergelincir matahari tanggal 9 Dzulhijjah hingga fajar tanggal 10 Dzulhijjah.

Di padang Arafah, jamaah memperbanyak doa, zikir, istighfar, membaca Al-Qur’an, serta mendengarkan khutbah Arafah. Rasulullah SAW bersabda:

“Haji itu Arafah.” (HR. Tirmidzi)

Artinya, jika seseorang tidak sempat wukuf di Arafah, maka hajinya tidak sah.


c. Mabit di Muzdalifah

Setelah matahari terbenam di Arafah, jamaah bergerak menuju Muzdalifah untuk mabit (bermalam singkat). Di sini, jamaah mengumpulkan batu kecil (sebanyak 49 atau 70 butir) yang akan digunakan untuk melontar jumrah.

Selain itu, jamaah dianjurkan berzikir dan beristirahat karena perjalanan berikutnya akan cukup padat.


d. Melontar Jumrah Aqabah

Pada tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah menuju Mina untuk melontar jumrah Aqabah sebanyak tujuh kali. Setiap lontaran diiringi dengan ucapan:

“Bismillahi Allahu Akbar.”

Melontar jumrah melambangkan penolakan terhadap godaan setan dan ketaatan penuh kepada perintah Allah, meneladani kisah Nabi Ibrahim AS.


e. Menyembelih Hewan (Nahr) dan Tahallul

Setelah melontar jumrah Aqabah, jamaah yang melaksanakan haji Tamattu’ atau Qiran diwajibkan menyembelih hewan kurban sebagai bentuk ketaatan.

Kemudian jamaah melakukan tahallul, yaitu mencukur atau memotong sebagian rambut kepala sebagai tanda telah keluar dari sebagian larangan ihram.


f. Tawaf Ifadhah

Tawaf Ifadhah merupakan salah satu rukun haji. Jamaah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali dimulai dari Hajar Aswad. Tawaf ini bisa dilakukan kapan saja setelah tanggal 10 Dzulhijjah, namun lebih utama dilakukan pada hari tersebut.

Setelah tawaf, jamaah melaksanakan shalat dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim, lalu melanjutkan dengan sa’i antara bukit Safa dan Marwah.


g. Mabit di Mina dan Melontar Tiga Jumrah

Pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, jamaah kembali ke Mina untuk mabit (bermalam) dan melontar tiga jumrah: Ula, Wustha, dan Aqabah.

Setiap jumrah dilempar dengan tujuh batu kecil sambil berzikir. Setelah lontaran selesai, jamaah dianjurkan berdoa di tempat yang mustajab di antara Jumrah Ula dan Wustha.


h. Tawaf Wada (Perpisahan)

Sebelum meninggalkan Makkah, jamaah wajib melakukan Tawaf Wada, yaitu tawaf perpisahan sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada Baitullah. Setelah tawaf ini, jamaah tidak lagi melakukan aktivitas lain kecuali meninggalkan kota Makkah.


4. Amalan Sunnah Selama Haji

Selain rukun dan wajib haji, terdapat sejumlah amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk menambah pahala, antara lain:

  • Shalat berjamaah di Masjidil Haram.
  • Perbanyak membaca Al-Qur’an dan doa.
  • Menjaga akhlak dan kesabaran selama perjalanan.
  • Bersedekah kepada sesama jamaah.

Ibadah haji adalah waktu untuk memperbanyak amal kebajikan, memperkuat ukhuwah Islamiyah, dan memperdalam makna ketundukan kepada Allah SWT.


5. Hikmah dan Makna Ibadah Haji

Setiap tahapan haji memiliki makna spiritual yang mendalam, antara lain:

  • Ihram mengajarkan kesetaraan dan kesucian.
  • Wukuf di Arafah menanamkan rasa kebersamaan dan introspeksi diri.
  • Melontar Jumrah melambangkan perjuangan melawan hawa nafsu dan godaan setan.
  • Tawaf menggambarkan ketundukan penuh kepada Allah, pusat kehidupan umat Muslim.

Dengan melaksanakan haji sesuai tuntunan syariat, umat Islam diharapkan menjadi pribadi yang lebih sabar, rendah hati, dan penuh kasih sayang terhadap sesama.


Kesimpulan

Menunaikan ibadah haji adalah kehormatan sekaligus amanah besar yang menuntut pemahaman, kesungguhan, dan keikhlasan. Dengan memahami tata cara haji yang lengkap dan sesuai syariat Islam, jamaah dapat melaksanakan setiap rukun dan wajib haji dengan benar serta memperoleh haji yang mabrur.

Haji bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual menuju kesucian hati dan kedekatan kepada Sang Pencipta. Semoga Allah SWT memberikan kesempatan bagi seluruh umat Islam untuk menunaikan ibadah haji dan mendapatkan limpahan rahmat serta ampunan-Nya.

Powered with Mag UI 7 by Indonesia Smart